Yang belum tau apa itu hujan buatan maka saya akan memberi sedikit penjelasan. Hujan buatan adalah hujan yang dibuat oleh campur tangan manusia dengan membuat hujan dari bibit-bibit awan yang memiliki kandungan air yang cukup, memiliki kecepatan angin rendah yaitu sekitar di bawah 20 knot, serta syarat lainnya. Ujan buatan dibuat dengan menaburkan banyak garam khusus yang halus dan dicampur bibit / seeding ke awan agar mempercepat terbentuknya awan jenuh. Untuk menyemai / membentuk hujan deras, biasanya dibutuhkan garam sebanyak 3 ton yang disemai ke awan potensial selama 30 hari. Hujan buatan saja bisa gagal dibuat atau jatuh di tempat yang salah serta memakan biaya yang besar dalam pembuatannya.
Hujan buatan umumnya diciptakan dengan tujuan untuk membantu daerah yang sangat kering akibat sudah lama tidak turun hujan sehingga dapat mengganggu kehidupan di darat mulai dari sawah kering, gagal panen, sumur kering, sungai / danau kering, tanah retak-retak, kesulitan air bersih, hewan dan tumbuhan pada mati dan lain sebagainya. Dengan adanya hujan buatan diharapkan mampu menyuplai kebutuhan air makhluk hidup di bawahnya dan membuat masyarakat hidup bahagia dan sejahtera.
Hujan yang berlebih pada suatu lokasi dapat menimbulkan bencana pada kehidupan di bawahnya. Banjir dan tanah longsor adalah salah satu akibat dari hujan yang berlebihan. Perubahan iklim di bumi akhir-akhir ini juga mendukung persebaran hujan yang tidak merata sehingga menimbulkan berbagai masalah di bumi. Untuk itu kita sudah semestinya membantu menormalkan iklim yang berubah akibat ulah manusia agar anak cucu kita kelak tidak menderita dan terbunuh akibat kesalahan yang kita lakukan saat ini.
Sementara itu penerapan Hujan buatan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengguyur sebagian kawasan di Sumatera Selatan dengan hujan buatan. Langkah ini diharapkan sanggup memadamkan kebakaran lahan dan hutan di provinsi ini.
“Dua pesawat terbang CASA 212-200 dikerahkan untuk operasi tersebut. Pada pukul 13.55-15.30 satu sorti penerbangan telah dilakukan dengan membawa bahan semai NaCl hampir 1 ton,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Senin (12/9/2011), di Jakarta.
Menurut Sutopo, kondisi pertumbuhan awan cukup baik, yakni berada di selatan, barat daya, barat, dan barat laut Palembang. Terdapat inversi di atmosfer sehingga pertumbuhan awan vertikal kurang kuat. Kondisi awan sedang, dengan puncak awan 9.000-11.000 kaki. Terdapat juga dua sel awan dengan puncak awan mencapai 14.000 kaki.
“Artinya awan-awan tersebut berpotensi untuk disemai menjadi hujan. Bahkan, saat penyemaian terjadi presipitasi di kaca cockpit pesawat. Rencana besok penyemaian akan dilanjutkan dengan menambah sorti penerbangan,” tuturnya.
Asap mulai menutupi atmosfer hingga ketinggian 4.000-7.000 kaki. Pada hari ini titik api (hotspot) lebih banyak dibandingkan dengan kemarin. Jumlah hotspot terbanyak di Sumatera Selatan (135 hotspot).
Selanjutnya berturut-turut Kalimantan Tengah (113), Kalimantan Barat (96), Jambi (30), dan Kalimantan Selatan (10). Selama bulan September 2011, Provinsi Sumatera Selatan memiliki jumlah hotspot terbanyak, yaitu 1.241. Kalimantan Barat 363, Jambi 353, Kalimantan Tengah 288, dan Riau 292.
http://www.gallerydunia.com/2011/12/bagaimana-proses-hujan-buatan-terjadi.html
Hujan buatan umumnya diciptakan dengan tujuan untuk membantu daerah yang sangat kering akibat sudah lama tidak turun hujan sehingga dapat mengganggu kehidupan di darat mulai dari sawah kering, gagal panen, sumur kering, sungai / danau kering, tanah retak-retak, kesulitan air bersih, hewan dan tumbuhan pada mati dan lain sebagainya. Dengan adanya hujan buatan diharapkan mampu menyuplai kebutuhan air makhluk hidup di bawahnya dan membuat masyarakat hidup bahagia dan sejahtera.
Hujan yang berlebih pada suatu lokasi dapat menimbulkan bencana pada kehidupan di bawahnya. Banjir dan tanah longsor adalah salah satu akibat dari hujan yang berlebihan. Perubahan iklim di bumi akhir-akhir ini juga mendukung persebaran hujan yang tidak merata sehingga menimbulkan berbagai masalah di bumi. Untuk itu kita sudah semestinya membantu menormalkan iklim yang berubah akibat ulah manusia agar anak cucu kita kelak tidak menderita dan terbunuh akibat kesalahan yang kita lakukan saat ini.
Sementara itu penerapan Hujan buatan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengguyur sebagian kawasan di Sumatera Selatan dengan hujan buatan. Langkah ini diharapkan sanggup memadamkan kebakaran lahan dan hutan di provinsi ini.
“Dua pesawat terbang CASA 212-200 dikerahkan untuk operasi tersebut. Pada pukul 13.55-15.30 satu sorti penerbangan telah dilakukan dengan membawa bahan semai NaCl hampir 1 ton,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Senin (12/9/2011), di Jakarta.
Menurut Sutopo, kondisi pertumbuhan awan cukup baik, yakni berada di selatan, barat daya, barat, dan barat laut Palembang. Terdapat inversi di atmosfer sehingga pertumbuhan awan vertikal kurang kuat. Kondisi awan sedang, dengan puncak awan 9.000-11.000 kaki. Terdapat juga dua sel awan dengan puncak awan mencapai 14.000 kaki.
“Artinya awan-awan tersebut berpotensi untuk disemai menjadi hujan. Bahkan, saat penyemaian terjadi presipitasi di kaca cockpit pesawat. Rencana besok penyemaian akan dilanjutkan dengan menambah sorti penerbangan,” tuturnya.
Asap mulai menutupi atmosfer hingga ketinggian 4.000-7.000 kaki. Pada hari ini titik api (hotspot) lebih banyak dibandingkan dengan kemarin. Jumlah hotspot terbanyak di Sumatera Selatan (135 hotspot).
Selanjutnya berturut-turut Kalimantan Tengah (113), Kalimantan Barat (96), Jambi (30), dan Kalimantan Selatan (10). Selama bulan September 2011, Provinsi Sumatera Selatan memiliki jumlah hotspot terbanyak, yaitu 1.241. Kalimantan Barat 363, Jambi 353, Kalimantan Tengah 288, dan Riau 292.
http://www.gallerydunia.com/2011/12/bagaimana-proses-hujan-buatan-terjadi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar